Seri Penyintas COVID-19: Kami Positif Tapi Tidak Masuk ke Data
Penulis dan keluarganya bergejala ringan tapi baru terbukti positif COVID-19 setelah swab kedua. Ia juga mempertanyakan kenapa data kasus positif tidak bertambah padahal keluarganya positif.
Penulis: Salah satu follower Instagram KawalCOVID-19
Bulan Agustus lalu, aku dan kedua orang tuaku berkunjung ke daerah pegunungan tinggi untuk berobat ke dokter. Kami harus ke sana karena selama masa pandemi, dokter tersebut hanya praktek di rumahnya saja.
Beberapa hari kemudian, aku dan Papaku pilek, batuk, dan meriang. Aku juga mengalami anosmia. Karena panik, aku konsultasi dengan dokter umum di RS dekat rumah. Dokter bilang anosmia bisa disebabkan oleh infeksi di hidung saja. Beliau meresepkan obat.
Namun, kondisi “flu” itu tidak serta-merta membaik. Kami bertiga pun tes swab di bulan Agustus. Alhamdulillah hasilnya negatif. Tapi untuk jaga-jaga, sejak saat itu kami memutuskan untuk tes swab tiap bulan.
Selanjutnya kami banyak di rumah. Keluar hanya untuk bekerja. Gejala flu lama-lama hilang, jadi kami beraktivitas seperti biasa lagi dengan melakukan 3M seperti sebelumnya.
Tanggal 11 September, kami dijadwalkan untuk swab hanya untuk cek kesehatan. Saat itu tidak ada gejala sama sekali. Suhu tubuh juga selalu normal. Ternyata kami positif COVID-19. Kami tentu kaget karena kami merasa sangat sehat.
Kami pun lapor ke kelurahan dan melacak kontak selama ini. Aku melaporkan satu pasar di dekat rumah yang sering aku kunjungi dan menanyakan pada petugas kelurahan apakah bisa pasarnya ditutup dulu untuk sementara. Hal sama kusampaikan via chat pada satgas COVID-19 di kotaku. Kami lalu diminta isolasi mandiri selama 14 hari. Tentu kami patuh, apalagi Papa punya penyakit jantung.
Yang ku herankan, setelah melapor, tidak ada penambahan kasus positif sebanyak 3 orang di kecamatanku. Kami memang dipantau oleh petugas puskesmas melalui WA, tapi kenapa data positif kami tidak dimasukkan?
Selain itu, perilaku orang-orang di sekitar cuek sekali. Misalnya, beberapa pengunjung dan pegawai minimarket tidak bermasker. Teman-temanku dengan santainya cari tempat nongkrong. Pasar yang sering kukunjungi juga tidak ditutup atau didisinfektan sampai aku selesai isolasi mandiri.
Intinya, jaga kesehatan diri sendiri. Merasa sehat belum tentu tidak sakit. Patuh protokol kesehatan belum tentu tidak terpapar. Satu lagi, tidak ada penambahan kasus positif belum tentu demikian kenyataannya.