Mengenal dan Mencegah Varian Baru Virus SARS-CoV-2
Virus SARS-CoV-2, yang menjadi penyebab munculnya COVID-19, telah bermutasi dan menyebar ke seluruh dunia. Mutasi menghasilkan beberapa varian baru, satu di antaranya ialah B.1.1.7 yang terdeteksi pertama kali di Inggris Raya pada September 2020.
Virus SARS-CoV-2, yang menjadi penyebab munculnya COVID-19, telah bermutasi dan menyebar ke seluruh dunia. Mutasi menghasilkan beberapa varian baru, satu di antaranya ialah B.1.1.7 yang terdeteksi pertama kali di Inggris Raya pada September 2020.
Enam bulan kemudian, varian B.1.1.7 masuk ke Indonesia dengan diumumkannya dua kasus pertama oleh Kementerian Kesehatan pada 2 Maret 2021.
Masyarakat semakin cemas menghadapi pandemi yang kian berat dilalui dan tampaknya masih jauh dari kata selesai. Dalam kondisi ini, bagaimana seharusnya kita melindungi diri dari potensi tertular COVID-19 beserta varian barunya?
Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dr Soumya Swaminathan memberi penjelasan mengenai varian baru virus SARS-CoV-2 pada program Science in 5 di laman WHO.
Apa yang kita ketahui tentang varian baru B.1.1.7?
Sejak awal tahun, kami telah melacak pergerakan virus ini dan kita tahu virus ini mengalami banyak perubahan bahkan sebelumnya sudah ada beberapa varian. Saat ini ada dua varian yang dilaporkan kepada WHO. Salah satunya teridentifikasi di Inggris (B.1.1.7) dan yang lainnya di Afrika Selatan (B.1.351) [menyusul P.1 di Brasil, P.2 di Filipina].
Virus itu memiliki kesamaan dalam perubahannya, kami menyebutnya mutasi N501Y. Meskipun demikian, keduanya berbeda. Dan yang menjadi perhatian kami bahwa varian ini berperan besar pada meningkatnya sejumlah kasus COVID-19 di kedua negara tersebut.
Saat ini para ilmuwan telah menemukan bahwa varian ini (B 1.1.7) cenderung menyebar dengan cepat, lebih mudah menjangkit dan menular. Itulah bagian yang mengkhawatirkan. Namun sejauh ini virus tersebut belum menimbulkan penyakit yang terbilang parah atau menyumbang kematian yang tinggi maupun ujud klinis yang berbeda. Sifat virus ini kurang lebih sama dengan sifat virus sebelumnya dan menyebabkan jenis penyakit yang serupa.
Apakah vaksinasi dapat melindungi dari varian baru virus Covid-19? Dan apakah munculnya varian baru dari suatu virus telah dipikirkan sebelumnya?
Ya, hal ini salah satu bagian terpenting yang harus dipikirkan oleh para pengembang vaksin. Seperti Anda ketahui, terdapat beberapa jenis vaksin, campak misalnya, yang tidak memerlukan pembaruan. Begitu vaksin dibuat, vaksin tersebut langsung bekerja dengan baik sampai kapan pun. Tetapi ada juga vaksin seperti virus influenza yang mana setiap tahun harus diubah struktur vaksinnya berdasarkan sirkulasi elemen vaksin dan untuk ini WHO telah berkoordinasi mengenai jaringan global guna menentukan elemen mana yang harus dipergunakan atau diperbarui tiap tahunnya.
Saat ini karena kami masih mempelajari SARS-CoV-2, kami masih dalam tahap pemantauan seiring perkembangan pengetahuan yang kami miliki. Namun hingga saat ini sebagian ilmuwan yakin bahwa vaksin yang sedang dalam tahap pengembangan ini serta beberapa vaksin yang telah disetujui memberikan proteksi terhadap varian ini serta varian lainnya dikarenakan vaksin ini mendapatkan respon imun yang cukup besar sebagai antibodi dan imun dengan mediasi sel.
Sehingga beberapa perubahan atau mutasi dalam virus tidak mengurangi efektifitas vaksin itu sendiri. Saat ini sedang diteliti di lab seluruh dunia untuk memastikan hal tersebut. Dan kecil kemungkinannya vaksin tidak efektif terhadap kedua varian ini, mengingat cara pengembangan vaksin saat ini yang dapat mengubah komposisi antigen serta menyebabkan vaksin cepat terhenti.
Skenario apa yang diperlukan dalam menghadapi varian baru COVID-19?
Jadi yang kita ketahui mengenai varian ini dan varian sebelumnya yaitu sifat virusnya masih sama, menyebar dengan cara yang sama. Dan berpotensi menyebar berkali lipat antar manusia, akan terus berubah sifat virusnya, itulah sifat alamiahnya.
Kita harus terus fokus menghentikan dan mengusahakan yang kita bisa guna mengurangi transmisi virus. Kita juga telah melakukan pengujian yang mengidentifikasi penyebarannya, menyediakan fasilitas isolasi, menelusuri dan melacak kontak erat serta menjalankan karantina pada seluruh kontak tersebut, memastikan masyarakat terus mematuhi aturan menjaga jarak, menggunakan masker, menghindari tempat keramaian dan tempat tertutup yang dipenuhi banyak orang, mencuci tangan, etika batuk dan bersin dan tetap di rumah bila kondisi tidak sehat. Bila semua hal itu dilaksanakan tentu akan memberikan dampak penurunan transmisi virus.
Semua upaya ini harus terus didengungkan di semua negara. Inilah saatnya melipat gandakan usaha melawan keberadaan varian baru dengan melibatkan kesehatan masyarakat dan nilai-nilai sosial sebagaimana telah terjadi di masa lalu.
Dan saat ini kita di seluruh dunia berada dalam fase sangat kritis sehingga diperlukan upaya bersama untuk menekan penularan virus sehingga dapat mengurangi perubahan atau evolusi virus itu.
Antisipasi Varian Baru COVID-19
Munculnya varian baru COVID-19 membuat Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) dan WHO menetapkan tiga kriteria. Kriteria tersebut untuk menjelaskan sudah sejauh mana yang kita ketahui tentang perubahan virus, sekaligus membantu mengenal risiko-risikonya. Ketiga kriteria itu ialah Variant of Concern, Variant of Interest dan Variant of High Consequence.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) Variant of Interest dapat diartikan sebagai mutasi virus SARS-Cov-2 atau varian yang perlu mendapat perhatian karena berpotensi meningkatkan laju penularan (transmissibility) dan tingkat keparahan (severity). Maka diperlukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui sifat penularan varian baru tersebut. Varian yang termasuk kriteria ini yaitu B.1.1.7 yang ditemukan di Inggris pada September 2020, B.1.351 yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada September 2020 dan B.1.1.281 alias P.1 yang muncul di Brasil pada Desember 2020.
Sedangkan Variant of Concern atau varian yang patut diwaspadai merupakan varian yang telah terbukti lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah. Varian ini terdapat pada B.1.525 di Nigeria, B.1.427/B.1.429 di Amerika Serikat, B.1.1.28.3 alias P.3 di Filipina, B.1.616 di Perancis, B.1.620 tidak diketahui asalnya, B.1.621 di Kolombia, B.1.617.1, B.1.617.2, B1.617.3 yang ketiganya disebut varian triple-mutant dari India. Khusus varian India ini, WHO telah menaikkan statusnya dari Variant of Interest ke Variant of Concern.
Kriteria ketiga Variant of High Consequence, yaitu varian yang memiliki tingkat konsekuensi tinggi dengan ditemukannya bukti ilmiah tidak berfungsinya tes diagnosis, penurunan efektivitas vaksin pada mereka yang sudah divaksin namun terjangkit penyakit atau rendahnya proteksi vaksin terhadap terjadinya penyakit parah. Terdapat penurunan kepekaan terhadap berbagai pengobatan yang sudah mendapat Emergency Use Authorization (EUA). Meningkatnya jumlah kasus yang parah dan tingginya angka masuk perawatan ke rumah sakit.
Sampai sejauh ini, menurut CDC, belum ada varian baru yang tergolong ke dalam kriteria ini.
Jason Tetro, ahli mikrobiologi dari Amerika Serikat menyatakan bahwa peningkatan transmisi dengan varian baru diperkirakan akan meningkat.
“Ini tidak mengagetkan sebab virus cenderung bermutasi secara teratur, dan virus yang cocok bagi tubuh jumlahnya cenderung berkembang dan akhirnya menjadi dominan,” katanya kepada Healthline.
Ia mengatakan upaya terbaik melindungi diri adalah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat agar penyebaran varian baru dapat melambat sambil terus menunggu program vaksinasi oleh pemerintah. Berikut ini delapan cara yang dapat dilakukan untuk mencegah varian baru COVID-19:
1. Terapkan langkah pencegahan ABC
Upaya terbaik untuk tetap aman adalah dengan mengikuti langkah pencegahan ABC, yaitu sebuah pendekatan yang dulunya digunakan untuk mencegah campak sebelum vaksin ditemukan. Tujuannya untuk menekan penyebaran virus serendah mungkin hingga vaksinasi telah mencapai dua pertiga dari jumlah populasi.
Langkah-langkah ABC yaitu:
Airway atau saluran udara: Lindungi diri Anda dengan pelindung berbentuk penghalang.
Bubble atau lingkaran sosial: Berkumpullah dengan orang-orang terdekat Anda dalam kelompok kecil.
Contacts atau daftar kontak erat: Apabila seseorang dalam lingkaran Anda tertular virus, maka pelacakan kontak akan mudah. Gunakan aplikasi pelacakan kontak, seperti aplikasi peduli lindungi milik Kominfo.
2. Persempit lingkaran sosial Anda
Setiap orang yang berkunjung dan menghabiskan waktu bersama Anda di dalam rumah dapat meningkatkan risiko paparan virus dan membuat pelacakan kontak lebih sulit. Pembatasan lingkaran sosial kita adalah langkah yang tepat untuk membatasi anggota keluarga atau orang terdekat lainnya yang akan masuk ke dalam lingkaran sosial Anda.
Hal ini Isolasi total akan sulit dipraktekkan namun pembatasan lingkaran sosial masih bisa dilakukan.
“Kita adalah makhluk sosial, oleh karenanya isolasi bukanlah hal yang baik. Namun, jika Anda dapat mengidentifikasi lingkaran sosial yang aman dari beberapa orang yang sangat Anda percayai, tentunya Anda dapat melewati pandemi ini, ”ujar Tetro. “Perlu diingat bahwa lingkaran sosial yang luas bisa sangat menyulitkan. Alangkah baiknya jika lingkaran sosial Anda hanya berjumlah satu digit.”
3. Jangan sering belanja di tempat
Alih-alih berbelanja makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya dengan rileks yang memakan waktu banyak cobalah persingkat waktu yang Anda habiskan untuk berbelanja terutama di dalam ruangan seperti mall, pasar.
Sebab setiap menit waktu yang dihabiskan untuk berbelanja di dalam ruangan akan meningkatkan risiko tertular. Selalu gunakan masker dengan baik dan benar karena jika jarak antar orang tidak bisa dikendalikan maka satu-satunya pelindung bagi diri kita adalah masker yang dipakai dengan baik dan benar. Bila memungkinkan, gunakan opsi drive thru atau layanan pengiriman untuk mengurangi paparan.
4. Pikirkan kembali tentang pengaturan kerja dan sekolah
Jika Anda tidak bekerja dari jarak jauh (remote), bekerjalah di luar ruangan, jika memungkinkan. Masker harus selalu digunakan jika bekerja di dalam ruangan dan buatlah rutinitas istirahat keluar ruangan setiap beberapa jam sekali. Perhatikan juga ventilasi ruangan dan sirkulasi udara. Usahakan selalu membuka jalur udara seperti jendela dan pintu atau gunakan kipas penyedot udara (exhaust) yang difungsikan untuk mengatur arus keluar masuk udara. Sebab, banyak kasus paparan infeksi didapat melalui kontak di tempat kerja. Jadi pastikan untuk terus melakukan jaga jarak selama bekerja, memindahkan rapat di luar ruangan atau lakukan secara virtual. Sekolah sebagai tempat belajar juga harus mengurangi jumlah siswa atau mengajak para siswa belajar di ruang terbuka, jika cuaca memungkinkan.
5. Beribadah dengan bijak
Menurut survei yang dilakukan terhadap beberapa ahli epidemiologi didapatkan bahwa tempat ibadah digolongkan sebagai lokasi yang berisiko tinggi penularan virus, selain bar, penjara, panti jompo, dan restoran dalam ruangan.
Beribadah di rumah mungkin tidak nyaman ketika bersama jemaah lainnya namun itu akan membantu Anda merasa aman dari potensi tertular. Ibadah virtual merupakan solusi yang tepat di masa pandemi. Bila terpaksa harus beribadah di rumah ibadah, pastikan menjaga jarak antar jemaah, menggunakan masker, kurangi durasi ibadah dan kapasitas jemaah.
6. Gunakan masker
CDC melaporkan bahwa data epidemiologi menunjukkan penggunaan masker yang baik dan benar dan dilakukan oleh semua orang dapat mengurangi penyebaran SARS-CoV-2.
Meskipun masker kain tetap memberi perlindungan, namun kemampuan masker melindungi dari paparan virus bergantung pada jenis kain, jumlah lapisan kain dan seberapa cocok masker tersebut, menurut CDC.
Dapatkan masker yang lebih efektif, seperti masker bedah yang rapat atau N95. Jika tak memiliki masker yang bagus, memakai dua masker mungkin bisa melindungi daripada hanya memakai satu. Namun begitu, memakai dua masker tidaklah perlu jika masker memiliki dua lapisan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa masker cukup untuk menghentikan banyak percikan atau droplets agar tidak masuk, tentu dengan penggunaan yang benar mulai dari atas hidung dan di sekitar dagu.
7. Gunakan pembersih tangan sesering mungkin
CDC terus merekomendasikan penerapan kebersihan yang baik dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik. Selain itu, gunakan pembersih tangan yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol jika sabun dan air tidak tersedia. Bawalah satu botol kecil pembersih tangan sehingga dapat langsung digunakan setelah melakukan aktivitas.
8. Ikuti vaksinasi
Saat giliran Anda tiba, ikuti vaksinasi di fasilitas kesehatan. Vaksin dapat menciptakan respons antibodi yang dapat melindungi tubuh dari paparan COVID-19. Bila sudah terpapar, vaksin dapat menghalau penderita dari sakit parah atau potensi komplikasi akut. Vaksin juga membantu melindungi orang di sekitar terutama yang berisiko tinggi terkena penyakit parah karena adanya penyakit penyerta.
Referensi:
- https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/media-resources/science-in-5/episode-20—covid-19—variants-vaccines?gclid=Cj0KCQjwutaCBhDfARIsAJHWnHs7e4bnZ6BrWAbI2EVxnmka7UEL8F6-lRwPHP5k-a2n2rz8BQxJmmIaAjewEALw_wcB
- https://www.healthline.com/health-news/8-ways-to-stay-safe-from-the-new-coronavirus-strains
- https://www.ecdc.europa.eu/en/covid-19/variants-concern
- https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/cases-updates/variant-surveillance/variant-info.html
- https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/cases-updates/variant-surveillance/variant-info.html#Interest