Lanjut ke konten

Pengalaman Karantina Mandiri Sepulang dari AS

Akhir Juli lalu, saya dan suami berangkat ke AS setelah menunda beberapa bulan karena pandemi. Kami di sana selama dua minggu dan kembali ke Jakarta pada 5 Agustus 2021. Untuk itu, saya segera melengkapi diri dengan informasi mengenai tahapan yang harus dilewati saat pulang, termasuk keharusan menjalani karantina selama delapan hari.  Begitu keluar dari pesawat, […]

Kawal COVID-19's Avatar
Kawal COVID-19Tim administrator situs KawalCOVID19.id

Akhir Juli lalu, saya dan suami berangkat ke AS setelah menunda beberapa bulan karena pandemi. Kami di sana selama dua minggu dan kembali ke Jakarta pada 5 Agustus 2021. Untuk itu, saya segera melengkapi diri dengan informasi mengenai tahapan yang harus dilewati saat pulang, termasuk keharusan menjalani karantina selama delapan hari. 

Begitu keluar dari pesawat, saya mengikuti jalur ke loket pemeriksaan kesehatan. Di sana, petugas satgas Covid-19 memeriksa hasil PCR negatif kami dari AS dan sertifikat vaksin. Kebetulan, kami sudah dua kali vaksin saat meninggalkan Jakarta.

Didampingi perwakilan kepolisian dan TNI, petugas memeriksa data-data kami. Akhirnya sampai lah kami di area luar bandara dimana terdapat beberapa stand hotel penyedia paket karantina. Kebanyakan lokasi hotel yang terdaftar di dokumen pemerintah berlokasi jauh dari rumah. Namun kami menemukan Swiss Belinn TB Simatupang yang lumayan dekat dari rumah. Karena perwakilan hotel tidak ada di bandara, saya langsung menghubungi hotel dan mendapatkan info kalau sebentar lagi petugas akan menghubungi saya.

Petugas hotel dengan rinci menjelaskan bahwa paket karantina selama delapan hari tujuh malam tersebut mencakup makan tiga kali/hari, laundry lima potong/hari/orang, PCR dua kali, dan free shuttle dari bandara. Petugas meminta paspor kami yang akan  dikembalikan saat sudah masuk kamar hotel. Mungkin, ini syarat yang harus dipenuhi untuk memastikan kalau kami benar-benar ke hotel.

Di hotel, kami diarahkan untuk masuk lewat pintu belakang, bukan lewat lobby hotel. Sudah ada loket khusus untuk pelanggan repatriasi di sana, dengan petugas ber-APD lengkap. Proses pembayaran dilakukan di sini. Petugas menanyakan beberapa hal, termasuk apakah saya alergi makanan. Ia menjelaskan rules bahwa selama karantina kami tidak boleh keluar kamar sama sekali, kunci kamar hanya memiliki akses masuk satu kali (saat datang) dan that’s it. Kami juga tidak boleh memesan makanan via aplikasi pesan makanan online dan sejenisnya.

Kami masuk kamar sekitar jam 10.30 pagi dan langsung bersih-bersih. Makan siang diantar oleh petugas ber-APD lengkap. Makanannya sangat proper dengan menu rumahan, kami sangat puas. Malam hari, petugas ber-APD datang untuk melakukan tes PCR dengan hasil 24 jam. Kalau hasil tes negatif biasanya tidak akan ada info. Namun,  jika perlu mengetahui hasilnya, bisa bertanya ke resepsionis.

Setelah tidak menerima kabar apa pun mengenai hasil PCR, saya berusaha positive thinking bahwa hasilnya negatif. Namun, saya menghubungi resepsionis menanyakan hasil. Alhamdulillah, kami negatif. Kami meminta hasil PCR yang langsung diantarkan ke kamar. Belakangan baru kami tahu kalau hasil tes bisa dikirimkan lewat WhatsApp, lebih hemat kertas. 

Selama karantina, kami mencari kegiatan untuk tetap sibuk selain tidur dan makan. Untung ada fasilitas free WiFi. Karena kebetulan kami sudah kembali WFH – kali ini Work From Hotel – kami berdua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Zoom meeting pun kami lakukan bergantian biar tidak balapan ngomong. Kami menghubungi tim di kantor, cek email, menyelesaikan kerjaan di depan laptop masing-masing. Di sela-sela waktu kerja, kadang suka timbul ide, “Pesen cemilan apa gitu, yuk!” karena disediakan fasilitas memesan makanan dari restoran yang buka 24 jam dengan diskon 10% khusus buat pelanggan repatriasi. Berhubung memesan lewat aplikasi pesan makanan online dilarang, jadi lumayan lah tetap bisa ngemil lewat fasilitas ini. 

Jika sudah selesai bekerja atau kala weekend, kami mencari kegiatan yang bisa dilakukan dari kamar. Misalnya, olahraga kecil, baca buku, dan maraton menonton film via situs online streaming. Secara umum, layanan lain selama karantina seperti room service dan housekeeping, juga memuaskan. Para petugas juga selalu ber-APD lengkap. 

Di hari ke-7, kami kembali swab sekitar jam 7.30 pagi dengan info hasilnya akan keluar sekitar jam 6 sore. Setelah beberapa jam lewat tidak mendapat kabar mengenai hasil PCR, akhirnya kami kembali menghubungi resepsionis dan mendapat info bahwa kami negatif dan bisa pulang esok hari. Kami menerima surat resmi yang menerangkan kami dalam kondisi sehat dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Alhamdulillah. Kami bisa check out dari lobby utama hotel, tidak perlu melalui pintu belakang lagi. Satu hal yang saya sayangkan, hotel tidak menginfokan hasil tes PCR kalau kami tidak inisiatif bertanya. 

Awalnya sempat khawatir membaca-baca berita tentang penipuan berkedok karantina di hotel saat pulang dari luar negeri. Namun, saya bersyukur pengalaman kami baik-baik saja. Banyak orang berani menceritakan mengalami penipuan berkedok karantina, menurut saya bagus. Sehingga, pihak tidak bertanggung jawab jadi tidak bisa sembarangan. 

Semoga pihak hotel atau pihak mana pun yang memanfaatkan situasi Covid-19 untuk kepentingan pribadi, bisa mengambil pelajaran. Karena, semua orang memiliki pergumulan masing-masing di masa pandemi ini. So let’s be kind to one another.

Renya Nuringtyas
Corporate Communication Manager 
Biznet