Cerita dari Singapura: Belajar Menjaga Diri Sendiri dari Sekolah
Dina Kharisma, seorang guru SD di Singapura, membagikan pengalamannya soal langkah-langkah yang dilakukan di sekolah ketika COVID-19 datang ke negeri singa tersebut.
Penulis: Dina Kharisma (guru SD di Singapura)
Ketika rumor virus baru mulai menyebar di Tiongkok sekitar pertengahan Januari 2020, pemerintah lokal di Singapura mulai bergerak mengumpulkan informasi dan data tentang kemungkinan efek dari virus ini. Sejak wabah SARS yang mengguncang Singapura 18 tahun silam, pemerintah Singapura sudah memiliki perencanaan yang matang jika sewaktu-waktu ada wabah setingkat SARS atau yang lebih parah daripada SARS.
Dalam waktu kurang dari seminggu, tepatnya pada tanggal 27 Januari 2020, Kementerian Pendidikan Singapura mengumumkan bahwa semua staf dan siswa yang pulang dari Tiongkok harus dikarantina di rumah selama 14 hari. Semua sekolah memanggil staf pengajar untuk rapat tertutup untuk mensosialisasikan langkah-langkah yang bisa diambil sekolah untuk mengurangi kemungkinan menyebarnya wabah di sekolah.
Secara pribadi, jujur saya agak kaget juga karena tiba-tiba dipanggil rapat dan mendengar betapa seriusnya kementerian menghadapi wabah ini. Namun, tampaknya semua guru senior yang sudah mengajar saat SARS melanda masih ingat betapa mencekamnya zaman itu. Semua guru langsung diminta untuk mensosialisasikan wabah ini kepada murid-murid. Semua bahan pembelajaran termasuk video dan kuis disiapkan oleh kementerian. Poster-poster untuk mengingatkan murid agar menjaga kebersihan dan senantiasa mencuci tangan dikirimkan ke sekolah untuk dipasang di sekitar kantin. Dalam waktu singkat, semua murid sekarang tahu nama wabah dan mengapa mereka harus ikut turun tangan menjaga kebersihan.
Sebelum COVID-19, mencuci tangan memang sudah diajarkan. Namun, setelah wabah tiba, mencuci tangan adalah kewajiban. Saking wajibnya, kita juga sudah dikasih tahu harus cuci tangan di bagian mana. Guru wajib mengawasi dan memastikan semua anak mencuci tangan sebelum makan.
Hal lain yang menjadi wajib adalah pengecekan temperatur. Sebelum pandemi ini terjadi, setiap caturwulan ada kegiatan latihan mengukur temperatur. Ternyata manfaatnya baru terasa ketika ada wabah ini. Semua murid, bahkan anak-anak kelas 1 SD, sudah paham cara mengukur suhu badan dengan termometer pribadi mereka. Mereka juga sudah tahu cara membersihkan dan menyimpan termometernya. Ini berjalan teratur sekali. Setiap hari ketua kelas membagikan termometer dan semua murid sudah secara otomatis mengambil temperatur dan menulisnya di buku catatan harian murid tanpa perlu diingatkan berkali-kali.
Ternyata kalau kesadaran menjaga kebersihan ini sudah ditekankan dari awal, ketika ada wabah, guru dan orang tua akan lebih mudah untuk mengingatkan murid. Yuk, belajar menjaga diri sendiri seperti anak-anak di sekolah ini. Bagaimana caranya? Rajinlah memonitor temperatur tubuh, jangan keluar jika merasa tidak enak badan, rajin cuci tangan, dan jangan menyentuh wajah dengan tangan yang belum dibersihkan.
Dengan menjaga diri sendiri, kita bisa menjaga orang-orang di sekitar kita yang lebih rawan terjangkit COVID-19. Kita bisa!