Lanjut ke konten

Lockdown? Bukan berarti ekonomi berhenti. Begini caranya!

New York sudah menerapkan lockdown. Kebijakan yang tadinya dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas ekonomi ternyata hanya mengubah jenis mata pencaharian yang tersedia berkat dukungan dan intervensi pemerintah serta perusahaan-perusahaan besar.

Kawal COVID-19's Avatar
Kawal COVID-19Tim administrator situs KawalCOVID19.id

Cerita dari Amerika: Lockdown dan Dampak Ekonomi di New York

Penulis: Daniyaal Hadzami (WNI yang berkarir sebagai software engineer di kota New York, Amerika Serikat)

Amerika sedang dihadapkan pada dua pilihan: nyawa manusia atau ketahanan ekonomi. Meski demikian, pada tanggal 22 Maret 2020, Gubernur New York Andrew Cuomo akhirnya memutuskan untuk memulai lockdown di negara bagian New York. Penerapan lockdown ini sederhana: semua yang non-esensial wajib tutup, sementara bisnis esensial diperbolehkan beroperasi.

Bisnis esensial yang boleh beroperasi adalah bisnis yang menyediakan layanan jasa dan/atau produk untuk menopang kehidupan dasar manusia, seperti toko bahan makanan, apotik, transportasi umum, hotel, jasa pengiriman, bank, pompa bensin, dan beberapa bisnis esensial lainnya. Sementara itu, bisnis non-esensial wajib tutup, seperti toko baju, lokasi pariwisata, museum, dan seterusnya. Restoran dan bar wajib tutup, namun diperbolehkan beroperasi untuk pesanan kirim atau dibawa pulang.

Kehidupan profesional dan pribadi saya dan keluarga juga terdampak. Perusahaan saya menerapkan work from home (WFH) sejak tiga minggu lalu. Tim saya sendiri juga mendapat tunjangan tambahan selama krisis ini. Soal penjualan, beberapa klien kami merupakan bisnis berskala kecil. Mereka lah yang paling terkena imbas pandemi ini. Hal ini otomatis berdampak pada penurunan sales di perusahaan saya walau tidak begitu besar.

Sekolah anak saya libur sejak minggu lalu. Katanya dua minggu, tapi kelihatannya akan diperpanjang. Dia dapat school closure package, dan sepertinya materinya setara dengan homeschooling. Jadi, belajar tetap berjalan di rumah. Pengumuman libur sekolah pun dilakukan hari Minggu malam lewat email. Semua serba mendadak.

Sementara itu, kantor istri saya tutup. Tapi karena dia bekerja di bawah pemerintah (semacam PNS), tidak ada masalah berarti. Hanya WFH, dan belum tahu masuk lagi kapan.

Tentu saja, dampak ekonomi atas kebijakan ini sangat luar biasa. Banyak bisnis yang mulai mengalami penurunan penjualan secara signifikan, mulai dari perusahaan penerbangan, hotel, hingga restoran. Semua terkena dampak. Secara otomatis, penurunan aktivitas ekonomi ini diikuti pula dengan banyaknya orang yang mulai kehilangan pekerjaan. Diperkirakan, bulan April nanti jumlah pengangguran meningkat hingga 25%.

Seperti efek domino, krisis ini langsung berdampak kepada kemampuan warga untuk membayar tagihan-tagihan, terutama tagihan sewa apartemen. mengingat mayoritas warga New York tinggal dengan menyewa apartemen. Mengatasi masalah ini, pemerintah New York mengeluarkan kebijakan untuk membekukan semua cicilan rumah, apartemen, dan gedung. Sehingga, pemilik apartemen (landlord) dapat memberikan keringanan kepada penghuni yang tidak sanggup membayar tagihan sewa karena kehilangan pekerjaan.

Meskipun terjadi penurunan di beberapa sektor industri, beberapa justru mengalami peningkatan signifikan. Salah satunya adalah industri bahan makanan. Hampir semua toko bahan makanan mampu menjual habis produknya setiap hari. Saya bahkan kesulitan mencari beras. Setiap ke toko bahan makanan, selalu habis, padahal biasanya selalu ada. Begitu pula dengan bahan baku lainnya.

Peningkatan penjualan ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan jumlah karyawannya, sehingga mereka mulai melakukan rekrutmen besar-besaran. Walmart, misalnya, membuka 100 ribu lowongan pekerjaan dan Amazon membuka 150 ribu lowongan. Perusahaan-perusahaan ini juga melakukan percepatan dalam proses rekrutmen. Misalnya, proses rekrutmen untuk menjadi kasir di Walmart biasanya memakan waktu hingga dua (2) minggu. Namun, saat ini, mereka mempercepat prosesnya menjadi 24 jam.

Fenomena ini  menjadi angin segar untuk mereka yang kehilangan pekerjaan. Mereka dapat mengisi lowongan ini secara cepat sehingga ekonomi dapat berjalan kembali secara normal. Pergeseran ini mulai disadari secara cepat dan pemerintah mulai bergerak untuk meluncurkan berbagai program bantuan untuk individu dan perusahaan.

Untuk membangkitkan ekonomi karena dampak luar biasa virus ini, pemerintah federal menggelontorkan dana bantuan nasional sebesar USD6 triliun atau sebesar Rp96.000 triliun dengan kurs saat ini. Ini bantuan terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat. Bantuan ini dibagi menjadi dua, yaitu USD2 triliun untuk bantuan langsung dan USD4 triliun untuk bantuan korporasi dan pasar modal.

Bantuan langsung akan diberikan dengan bentuk uang tunai per bulan, yaitu USD1.000 per orang dewasa dan USD500 per anak. Sementara itu, bantuan korporasi diberikan dalam bentuk pinjaman dengan berbagai ketentuan, salah satunya tidak diizinkan untuk melakukan pembelian saham perusahaan sendiri.

Indonesia harus siap dengan ini. Meskipun nanti banyak orang yang kehilangan pekerjaan, ingatlah bahwa di saat yang bersamaan ada sektor industri yang justru naik daun dan akan membutuhkan banyak tenaga kerja. Kita harus siap dengan pergeseran ini dan terus berusaha. Sebab, hal yang terpenting saat ini adalah keselamatan setiap warga. Tidak akan ada ekonomi jika tidak ada warganya.

Though it looks like a dead-end, this crisis does not bring us to the end of the world. It’s just the beginning of a new era.