Lanjut ke konten

Ramadhan 2021: Tetap Waspada, Menjaga 3M dan Bersiap untuk Tidak Mudik.

Refleksi di Ramadhan 2021 terkait kondisi pandemi COVID-19

Kawal COVID-19's Avatar
Kawal COVID-19Tim administrator situs KawalCOVID19.id

Penulis: Satrio Wicaksono

Tahun 2020 merupakan tahun yang sangat menantang bagi umat Muslim di seluruh dunia dalam beribadah karena adanya penghentian dan pembatasan kegiatan ibadah selama bulan Ramadhan seperti sholat berjemaah di mesjid, itikaf dan tarawih. Pembatasan ini tidak eksklusif untuk kaum Muslim. Sepanjang tahun 2020, klaster penularan yang berkaitan dengan kegiatan ritual keagamaan atau ziarah di Iran, Korea Selatan, India, Malaysia dan Indonesia sepatutnya menjadi peringatan untuk lebih berhati-hati dan menjaga diri.

Di tahun ini kita sudah memiliki lebih banyak informasi tentang virus SARS-COV-2 dan cara mencegah penularannya. Sayangnya efektivitas dan pelaksanaan gerakan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak) sulit diterapkan jika tidak disertai himbauan dan fatwa dari ulama-ulama yang disegani. Ambiguitas posisi ulama jelas teramati terlepas dari denominasi/agama yang dianut. Oleh karena itu, dukungan dan himbauan tegas dari para ulama untuk meyakinkan umat dalam menyambut dan menjalankan ibadah suci di bulan Ramadhan kedua dalam masa pandemi sangat dibutuhkan. 

Kecekatan sebagian pemuka agama dan organisasi agama dalam menyikapi pandemi ini patut diapresiasi. Contohnya adalah terbitnya fatwa-fatwa terkait Covid-19 seperti soal pemakaman dan protokol jenazah terduga COVID-19, himbauan ceramah online dan ibadah Ramadhan di rumah

Di lain pihak, penyangkalan dan kesalahan informasi yang diucapkan di atas mimbar, serta gagalnya sebagian ulama menjadi contoh menerapkan protokol kesehatan turut berkontribusi dan mengamplifikasi kelalaian masyarakat pada outbreak di kota-kota besar, dan klaster Covid di asrama-asrama pendidikan agama. Hal ini harus diperbaiki untuk membantu pemerintah mengkomunikasikan kepada masyarakat, meluruskan isu-isu mengenai virus dan vaksin COVID, serta menghimbau perubahan perilaku pasca pandemi, terutama dalam beribadah. Yang lebih penting, sebaiknya para ulama menahan diri untuk tidak beropini untuk hal-hal yang di luar bidang keahliannya dan setidaknya melakukan tabayyun serta meredam informasi tidak benar yang beredar di kalangan jemaahnya.

Diagram 1. Ratusan kebohongan dan informasi salah terkait COVID yang dipatahkan oleh komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) hingga akhir Maret. (Sumber: Kompilasi data dari https://turnbackhoax.id)

Diagram 2. Bagian dari kebohongan dan informasi salah di Diagram 1 terkait vaksin Covid-19 mengalami peningkatan seiring dengan rencana pemerintah melakukan uji klinis dan vaksinasi awal.

Di pertengahan bulan suci Ramadhan tahun ini, kita diingatkan tentang potensi meningkatnya kasus Covid-19 yang dipicu pergerakan manusia dalam jumlah besar dalam waktu bersamaan. Artikel New York Times ini menggambarkannya dengan sangat gamblang. Pengamatan KawalCovid19 menunjukkan kenaikan kasus setelah libur akhir pekan panjang seperti libur Lebaran 2020, Natal dan Tahun Baru 2021, Paskah 2021 dan peningkatan kerumunan massa seperti pilkada serentak di tahun 2020. 

Hendaknya kita belajar dari India yang mengalami peningkatan drastis kasus covid (mencapai lebih dari 270ribu kasus dalam satu hari) hanya sebulan setelah menteri kesehatan mengklaim bahwa masa pandemi Covid di India memasuki masa akhir (Grafik dari Jakarta Globe). Hal serupa terjadi di Thailand yang mengalami ledakan kasus Covid setelah libur empat hari Festival Songkran bertepatan dengan tahun baru di Thailand. Padahal selama ini Thailand termasuk negara yang sangat ketat menerapkan protokol kesehatan dan berhasil mengendalikan pandemi dengan sangat baik. Peningkatan kasus di India, Nepal, Kamboja, dan Thailand bertepatan dengan pergerakan dan berkumpulnya orang dari berbagai tempat dalam rangka perayaan ibadah/tahun baru (Diagram 3). 

Diagram 3. Kenaikan kasus beberapa negara Asia yang bertepatan dengan perayaan tahun baru atau festival keagamaan setempat.

Masih ada 15 hari lagi menuju Eid. Masyarakat dihimbau untuk tetap waspada, menahan diri untuk tidak berkerumun dan tidak mengunjungi tempat ibadah yang tidak menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. KawalCovid-19 bersama dengan K.H. Ahmad Mahrus Iskandar (Gus Ayus) baru-baru ini membahas beberapa poin seputar Ramadan, Ied, dan tantangannya di masa pandemi ini. Pemerintah juga memperluas larangan mudik sebagai tanggapan kenaikan jumlah kasus baru-baru ini yang dipicu libur panjang Paskah. Masyarakat dihimbau untuk selalu melindungi diri dengan 3M dan vaksinasi bila memungkinkan, serta melindungi sanak keluarga dan handai taulan dengan mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak mudik. Tetap waspada karena virus SARS COV 2 juga tidak tinggal diam dalam menghadapi usaha mitigasi dan pencegahan yang kita lakukan.