Tips Agar Tetap Positif Selama Bekerja dari Rumah
Jenuh bekerja dari rumah? Simak tips berikut bagi tenaga profesional dan pekerja lainnya agar pikiran tetap positif selama #DiRumahAja.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bekerja dari rumah, meski memiliki banyak keuntungan, bisa menimbulkan perasaan kurang nyaman, apalagi jika dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Margie Donlon, seorang psikolog bergelar doktor dengan keahlian Psikologi Sekolah dan Klinis di New York, membagikan nasihat tentang kesehatan jiwa berdasarkan pengalamannya memberikan konseling terkait COVID-19, yang kami rangkum dalam poin-poin berikut.
1. Buat dan patuhi jadwal rutin – Agar hidup terasa lebih teratur, bangun dan tidurlah pada jam-jam tertentu. Selain itu, susunlah jadwal harian dengan kegiatan yang bervariasi, yakni tidak hanya jam kerja tetapi juga jam untuk memanjakan diri. Misalnya, jadwal untuk anak SD ini bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan orang dewasa. Kalau perlu, buat juga jadwal mingguan dan bulanan agar kamu merasa tetap dalam jalur menuju masa depanmu.
2. Setelah mandi, kenakan pakaian yang kamu suka – Jangan lupa cuci muka, sikat gigi, dan kalau perlu lakukan perawatan wajah. Pilih baju sesuai seleramu hari itu, boleh yang berwarna terang, bermotif polkadot, atau busana untuk jalan-jalan. Punya baju yang belum sempat dipakai sebelum pandemi datang? Jangan ragu untuk memakainya lengkap dengan aksesoris. Bekerja dari rumah bukan berarti kamu hanya bisa mengenakan piyama atau pakaian rumah. Tampil rapi di dalam rumah juga bisa meningkatkan suasana hati.
3. Cari angin setidaknya 30 menit sehari – Memang betul kita diminta untuk menjaga jarak, tetapi ada trik untuk bisa keluar rumah dan menghirup udara segar. Pertama, keluarlah pagi-pagi sekali atau pada waktu lainnya yang dirasa bukan jam-jam orang berada di luar rumah. Kedua, pergilah ke jalanan atau tempat yang kamu yakin tidak ada atau sangat sedikit didatangi oleh orang lain. Ketiga, pakailah masker kain ke mana pun kamu pergi, walau hanya di halaman rumah. Namun, kalau kamu berisiko tinggi atau tinggal dengan orang dengan risiko tinggi terhadap penularan COVID-19, kamu tidak perlu keluar untuk mencari udara segar. Cukup buka jendela setiap pagi dan/atau nyalakan kipas angin.
4. Berolahraga ringan setidaknya 30 menit sehari – Terus-menerus rebahan dan duduk di kamar tanpa pergerakan juga tidak baik bagi tubuh. Dengan bantuan video dari YouTube, kamu bisa melakukan senam ringan, zumba, yoga, bahkan tarian cha-cha di rumah. Sekalian ajak anggota keluarga atau teman kos untuk bersenang-senang secara sehat. Alternatifnya adalah melakukan gerakan berulang (repetitive movements), misalnya, mewarnai, lompat tali, dan menyulam. Menurut penelitian, gerakan berulang terbukti efektif menenangkan dan memberikan kontrol atas diri saat seseorang berada di bawah tekanan.
5. Penuhi kebutuhan nutrisi tubuh – Pola makan dan stres biasanya tidak saling mendukung. Tidak jarang orang yang merasa tertekan akan makan berlebihan, lupa makan, atau bahkan menghindarinya. Sebaliknya, menjaga pola makan yang baik dan teratur mungkin bisa menurunkan stres. Utamanya, minumlah air sebanyak yang dianjurkan dan santap makanan yang bernutrisi dan enak. Bosan dengan makanan sehat? Berkreasilah di dapur untuk meracik masakan yang kaya nutrisi sekaligus lezat di lidah. Bagaimana pun, pola hidup yang sehat membantu tubuh agar lebih tahan terhadap penyakit.
6. Mengobrol dengan mereka yang jauh di mata tapi dekat di hati – Dalam situasi seperti ini, bepergian dan mudik tidak memungkinkan. Namun, bukan berarti tatap muka tidak bisa dilakukan. Arisan keluarga bisa dipindahkan ke group chat. Agenda mingguan bersama sahabat bisa diganti dengan conference video call. Ajak anak atau keponakan di rumah untuk berkirim voice note dengan teman sekolah mereka. Berkomunikasi dengan keluarga atau teman jauh dapat memberikan dukungan emosional yang kamu butuhkan di saat-saat yang menantang seperti ini. Jangan lupa untuk memberikan dukungan yang sama jika mereka memerlukan. Apabila kamu butuh bantuan profesional, cek laman ini kcov.id/konseling untuk mendapatkan info tentang layanan konseling daring sesuai provinsi tempat kamu tinggal.
7. Tentukan zona nyaman dan kumpulkan benda-benda favorit – Sediakan satu spot khusus di rumah/kamar untuk jadi zona nyaman, yakni tempatmu melakukan relaksasi selepas kerja, misalnya teras rumah, taman belakang, balkon, atau sesederhana tumpukan kasur lipat dan selimut di sudut kamar kos. Taruh pula di situ benda-benda yang membuatmu merasa tenang, nyaman, dan senang serta yang melibatkan berbagai unsur indrawi, seperti boneka kesayangan, aromaterapi, album foto liburan, playlist lagu kesukaan, dan permen cokelat.
8. Libatkan diri dalam proyek sampingan atau permainan (games) – Sebagian pekerja mungkin terpaksa tinggal sendiri di perantauan dan tidak mudik. Jika kamu salah satunya, untuk menyibukkan diri selain bekerja, milikilah “misi” sampingan pribadi untuk diselesaikan, seperti mengisi TTS, belajar memainkan gitar, maraton menonton film serial, merapikan koleksi buku, atau pilah-pilah isi lemari pakaian. Pilihan lainnya adalah berkreasi dengan seni, misalnya, melukis benda-benda di rumah atau pemandangan di luar jendela, menulis puisi yang menggambarkan perasaan, dan mengarang lagu untuk pejuang COVID-19. Untuk para orang tua, sediakan waktu untuk bermain bersama anak-anak, sesederhana petak umpet atau ular tangga, untuk membantu mereka beradaptasi dengan perubahan.
9. Saling memaafkan dan memahami jika tinggal bersama – Berada di rumah terus-menerus mungkin menambah beban kerja. Di samping pekerjaan kantor, setiap hari ada cucian piring dan baju, lantai yang harus dipel, dan anak-anak yang butuh didampingi belajar. Menurunkan ekspektasi, misal terhadap standar kebersihan atau kerumitan masakan, dan membuat jadwal piket mungkin membantu. Selain itu, berada bersama dengan orang lain selama 24 jam sehari, meski keluarga sendiri, juga bisa menimbulkan friksi. Kuncinya adalah perdalam hubungan dan tingkatkan kualitas kebersamaan. Tahan amarah yang tidak perlu, selesaikan perselihan dengan penuh pengertian, dan sampaikan ketidaksetujuan dengan kepala dingin. Sesekali, kumpulkan anggota rumah, bicaralah dari hati ke hati, dan utarakan kegelisahan masing-masing. Namun, saat berkumpul, jangan selalu serius juga karena yang receh juga perlu. Tontonlah video kucing atau stand-up comedy atau bacalah memes yang lucu.
10. Sebarkan dan lakukan kebaikan – Gempuran berita buruk seringkali membuat kita luput memerhatikan hal-hal baik yang orang lain lakukan di tengah pandemi. Di luar sana, banyak orang membuka donasi, membantu distribusi APD ke rumah-rumah sakit, membagi sembako ke warga yang terdampak secara ekonomi, hingga membelikan makan siang untuk pengemudi ojek online. Memfokuskan perhatian pada kebaikan seperti ini akan menyadarkan bahwa kamu tidak sendiri melawan wabah COVID-19. Ingat juga betapa tenaga medis tengah berjuang menyelamatkan banyak nyawa. Kamu bisa ambil bagian dengan berpartisipasi dalam kegiatan relawan yang sanggup kamu lakukan, meringankan beban tenaga medis, dan mencegah stigma sosial di sekitarmu.
Sebagai penutup, kita perlu mengakui bahwa ini adalah masa-masa yang berat untuk kita, tapi ingat bahwa kondisi ini hanya berlangsung sementara. Yakinlah bahwa pandemi ini akan berlalu. Untuk memupuk optimisme, mulailah rencanakan apa yang ingin kamu lakukan setelah semuanya kembali normal, contohnya, destinasi mana yang ingin kamu kunjungi, sahabat yang ingin ditemui, dan cita-cita yang akan dilanjutkan. Sembari menunggu, catat setiap hal yang patut disyukuri di tengah kondisi yang serba tidak ideal ini. Lihatlah ke sekelilingmu – udara yang bersih, langit cerah, keluarga atau teman yang selalu ada, dan waktu panjang untuk menata diri – dan temukan pelajaran berharga dari ujian besar yang menimpa kita semua.
Disadur dari: https://mobile.facebook.com/story.php?story_fbid=10221877604477126&id=1468844994&_rdc=1&_rdr
Alih bahasa: Lavinia Disa W. A.