Lanjut ke konten

Serial Data Virus Korona 1: 3T (Trace, Test, Treat)

Serial data pertama ini menyajikan bagaimana menurunkan penyebaran COVID-19 melalui 3T (Trace, Test, Treat)

Kawal COVID-19's Avatar
Kawal COVID-19Tim administrator situs KawalCOVID19.id

Poin utama:

  • Cara menurunkan penyebaran COVID-19 adalah dengan melakukan 3T (Tracing, Testing, Treatment) secara bersamaan. 
  • Bagi Indonesia yang sulit mengejar jumlah testing karena banyaknya jumlah penduduk, Tracing dan Isolasi/Karantina menjadi keharusan.

Kami mengapresiasi kinerja Pemda, Pempusat, dan gugus tugas (Gugas) yang memungkinkan kawalCOVID19.id menyajikan data nasional maupun per daerah setiap harinya. 

Melalui artikel-artikel Serial Data Virus Korona ini, tim data kawalCOVID19.id ingin mengajak pembaca untuk melebarkan fokus dari angka positif harian dan akumulasi pasien positif COVID ke angka-angka lain yang tersedia:

Diagram 1.1: Grafik harian KawalCOVID19.id

Warna garis-garis di Diagram 1 dapat digunakan sebagai panduan untuk membaca grafik kasus harian KawalCOVID19.id, sebagai berikut:

Garis vertikal biruKasus harian yang terkonfirmasi positif melalui tes PCR. 
Garis hitamJumlah kumulatif orang yang positif COVID-19 semenjak hari pertama. Karena kumulatif, garis ini akan selalu naik. Wabah ini akan dinyatakan terkendali pada saat garis ini melandai sampai horizontal.
Garis hijauJumlah kumulatif orang positif COVID-19 yang dinyatakan sembuh. 
Garis kuningJumlah kumulatif orang positif COVID-19 yang sedang dalam perawatan (baik di RS maupun di rumah). Garis ini bisa turun ketika banyak orang dinyatakan sembuh atau meninggal.
Garis merahJumlah kumulatif orang positif COVID-19 yang meninggal. 
Tabel 1. 1: Panduan membaca grafik harian KawalCOVID19.id

Angka positif COVID-19 kumulatif dan harian di atas merupakan hasil dari seberapa aktif Gugas daerah Anda mencegah penyebaran COVID-19. Secara umum, ada 3 aspek pencegahan wabah yang dapat dilakukan, kita sebut sebagai 3T:

  1. Testing, seperti PCR Testing atau metode testing lain: Mengetes orang-orang yang terduga mengidap COVID-19.
  2. Tracing atau Pelacakan Kasus: Melacak orang-orang yang berkontak erat dengan orang-orang yang diduga mengidap COVID-19 tersebut.
  3. Treatment:  Perawatan, termasuk isolasi mereka yang kontak erat dengan orang positif sampai terbukti tidak mengidap COVID-19, serta merawat orang yang positif agar tidak menular ke orang lain. 

Ketiga aspek tersebut harus dilihat sebagai kesatuan yang saling berinteraksi. 3T saling memperkuat, akan percuma bila salah satu aspeknya lemah. Tujuan utama ketiganya adalah mengendalikan tingkat penyebaran COVID-19 seperti digambarkan di Diagram 2:

Diagram 1.2: Hubungan 3T dalam menurunkan penyebaran COVID-19.

Warna biru, hitam, kuning, merah dan hijau disamakan dengan legenda dalam Diagram 1.

Diagram 2 berasumsi bahwa 1 orang terinfeksi (disimbolkan dengan lingkaran biru) akan menginfeksi 2 orang lainnya bila ia tidak segera diisolasi. Dengan tracing dan prosedur isolasi yang diasumsikan sempurna, semua orang yang berkontak erat (lingkaran abu-abu) juga dikarantina. Dengan cara ini, bila yang dikarantina gejalanya muncul tidak akan menular, bahkan pada saat pra-simptomatik (1-3 hari sebelum keluarnya gejala, ketika orang dengan COVID-19 paling menular). 

Tracing dan karantina yang agresif terbukti efektif di Vietnam dan Thailand. Mereka mampu menekan laju kasus positif dan tidak terlalu membebani fasilitas medisnya tanpa testing massal seagresif Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat. Sebaliknya, tanpa tracing dan isolasi yang kuat, testing yang berlimpah (seperti Amerika Serikat dan Inggris) pun tidak dapat menahan laju penyebaran. Konsekuensinya terlihat di Wuhan, Inggris, kota New York, dan Italia, dimana kapasitas perawatan harus ditambah secara masif dan tingkat kematian kasus (CFR) tinggi, pun masih harus melakukan intervensi non-medis yang drastis, seperti kerja di rumah, PSBB, larangan bepergian, bahkan lockdown.

Testing massal PCR di Indonesia masih sulit, salah satunya karena  jumlah penduduk yang besar. Jumlah testing kumulatif Indonesia sudah menyamai Singapura dan Filipina per 12 Juni 2020 (di kisaran 400 ribu testing). Namun berdasarkan angka testing per 1.000 penduduk, Filipina lebih besar 2.5x lipat dan Singapura 50x lipat dibanding Indonesia. Akan sangat sulit dan mahal untuk mengejar metrik testing negara-negara ASEAN lain, apalagi negara-negara maju.  

Selain itu, misinterpretasi data COVID-19 bisa menimbulkan kesalahpahaman. Angka positif harian dan positif kumulatif tidak memberi gambaran utuh tanpa jumlah testing dan positive rate. Karena itu, Tim Data KawalCOVID19.id juga menyertakan grafik testing harian (Diagram 3) untuk melengkapi data positif harian (Diagram 1).

Diagram 1.3: Rangkuman tes COVID-19 di Indonesia tanggal 15 Juni 2020. 

Dari Diagram 3 diperoleh konteks kenaikan atau penurunan angka positif harian. Garis bertitik hitam (positive rate) adalah prosentase orang yang positif dibagi jumlah orang yang dites. Titik hitam yang rendah mengindikasikan testing dilakukan untuk menyaring masyarakat umum yang sebagian besar sehat. Sebaliknya, angka positif harian yang disertai positive rate yang tinggi mengindikasikan bahwa testing dilakukan pada orang-orang yang lebih mungkin mengidap COVID-19, misalnya pasien bergejala yang datang ke rumah sakit, atau nakes yang terpapar. 

Positive rate di atas menunjukkan besarnya ketertinggalan kita dari syarat minimum pelonggaran PSBB. Dari sisi testing, Bappenas mensyaratkan positive rate di bawah 5% dan jumlah spesimen yang digunakan untuk testing meningkat selama 2 minggu. Dari data yang kami dapatkan, sulit menyimpulkan apakah ada daerah yang memenuhi syarat ini karena sebagian belum membuka data testing dan berapa angka positif negatifnya kepada publik.

Karena jumlah kasus harian positif sampai saat ini masih sangat dibatasi oleh kapasitas testing dan masa tunggu untuk hasil testing keluar, fungsi tracing dari 3T di atas menjadi sangat sangat  penting untuk Indonesia.  Untuk tiap kasus positif, lacak semua kontak eratnya selama 14 hari terakhir dan pastikan mereka dikarantina di rumah atau di fasilitas karantina, dengan prosedur yang benar – bukan sekedar diam di rumah tapi masih berinteraksi dengan anggota keluarga.

Bagaimana Tim Data KawalCOVID19.id mengukur kemampuan tracing berdasarkan laporan harian statistik COVID-19 suatu provinsi? Baca Serial Data Virus Korona 2: Rasio Lacak-Isolasi (RLI) vs. Kematian

Artikel terkait: