Lanjut ke konten

Panduan Perawatan di Rumah untuk Suspek dan Positif- COVID-19 dengan Gejala Ringan atau Tanpa Gejala

Kawal COVID-19's Avatar
Kawal COVID-19Tim administrator situs KawalCOVID19.id

Panduan ini disusun untuk siapa? 

Orang yang dirinya atau anggota keluarga yang tinggal bersamanya diduga 

  1. Kontak dekat dengan orang yang kemungkinan positif COVID-19.
  2. Menunjukkan gejala-gejala awal COVID-19. (Demam, anosmia, gejala flu)
  3. Berstatus orang tanpa gejala/kontak erat/ODP yang menunggu hasil swab,
  4. Pasien dalam Pengawasan PDP/Probabel yang belum mendapatkan tempat di ruang isolasi terpusat/rumah sakit.
  5. Pasien yang sudah dipulangkan dari RS namun masih dianjurkan melakukan isolasi mandiri. (Ini kami tambahkan karena ruang isolasi di berbagai daerah sudah mencapai kapasitas maksimum)

Panduan ini untuk apa?: 

Untuk membantu menerapkan perawatan mandiri di rumah bagi mereka atau  anggota keluarganya yang terdefinisi di atas yang tinggal serumah. 

Disklaimer

KawalCOVID19.id tetap berpendapat bahwa ISOLASI TERPUSAT (dibawah pemerintah baik pusat maupun daerah) dengan pengawasan pemerintah sampai tingkat desa/RT/RW adalah jalan terbaik untuk menekan laju penyebaran COVID-19. Isolasi Mandiri dengan pengawasan rutin dari pusat pelayanan kesehatan primer juga Kami juga menganjurkan pasien untuk mengikuti rekomendasi dari tim medis dan dokter yang menangani Anda. Hubungi rumah sakit atau hotline COVID-19 apabila kondisi Anda memburuk.

PERINGATAN: Konsumsi obat keras tanpa resep atau saran dari dokter SANGAT TIDAK kami anjurkan. KawalCOVID19.id tidak bertanggung jawab atas komplikasi atau efek samping yang dialami apabila pembaca memakai obat keras tanpa resep dokter.

PENGANTAR

Saat ini, pusat pelayanan kesehatan dan tenaga medis tengah kewalahan. Sementara itu, hasil tes swab PCR bisa memerlukan waktu berhari-hari untuk sampai ke tangan Anda. Apapun hasil tesnya, berdasarkan klasifikasi kasus COVID-19 yang lama atau yang baru, pasien disarankan untuk mengisolasi diri di rumah dan merawat diri sendiri sejak saat pelaksanaan tes. Ini akan membebaskan rumah sakit dari orang yang potensial menularkan COVID-19 dan memungkinkan mereka mengalokasikan sumber daya hanya untuk orang-orang yang dalam keadaan kritis dan benar-benar membutuhkan perawatan medis.  

Bagi mayoritas penderita tanpa komorbiditas dan di luar kelompok usia manula, gejala-gejala COVID-19 lebih menyerupai infeksi virus pernapasan pada umumnya dan besar kemungkinan Anda untuk sembuh dari penyakit ini tanpa perawatan intensif. Berbagai studi juga memberikan rasio orang terinfeksi COVID-19 tanpa gejala (asimtomatik) yang beragam (bahkan setinggi 80%!). 

Daya tahan tubuh Anda-lah kunci yang dapat mengalahkan virus ini. Perlu diingat, selama tubuh Anda melawan infeksi virus ini, Anda tetap dapat menularkan virus ini meskipun anda masih merasa sehat. Tahap isolasi diri sangat penting untuk mencegah anda menularkan COVID-19 ke orang lain, termasuk kelompok yang rentan dan cenderung fatal bila terinfeksi COVID-19. Tim Data KawalCOVID19.id menemukan bahwa semakin banyak orang yang diisolasi tiap satu kasus positif berpengaruh kuat untuk menekan jumlah kasus dan tingkat kematian.

Beberapa saran perawatan (remedy) yang disarankan di sini ditujukan untuk mengurangi atau merawat gejala-gejala COVID-19, bukan membunuh virusnya. Tujuannya ialah bila gejala tersebut dikurangi hingga tingkat yang dapat Anda toleransi, sistem kekebalan tubuh Anda akan bekerja lebih baik untuk melawan infeksi virus ini.

Strategi yang mudah diterapkan di rumah untuk membantu melewati hari-hari bagi mereka dengan gejala ringan hingga sedang, terutama yang mulai mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas. Dalam urutan prioritas, yang utama adalah:

  1. Pencegahan Penyebaran Virus
  2. Melawan Virus dan Mengurangi Keparahan Gejala-Gejala
  3. Memantau Gejala dan Kegiatan Harian Lain
  4. Langkah selanjutnya bagi penyintas COVID-19
  1. PENCEGAHAN PENYEBARAN VIRUS

Banyak sumber resmi yang sudah mengajarkan cara mencuci tangan dan panduan menjaga jarak fisik. Namun, jika Anda tinggal dengan orang lain, apalagi memiliki komorbiditas atau adalah seorang manula yang rentan, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan pihak yang berwenang terkait ketersediaan fasilitas isolasi di daerah anda. Apabila tidak ada, hubungi ketua RT/RW atau kepala desa Anda (melalui telepon) untuk memberitahu kalau Anda harus melakukan isolasi sebagai ODP/PDP/Positif. Bila belum dilakukan, sarankan juga pada mereka untuk menerapkan RT Mandiri untuk mendukung warga yang menjalankan isolasi, terutama untuk memantau keadaan mereka serta membantu urusan logistik. 

Bila Anda menjalani isolasi mandiri atau membantu orang yang menjalankannya, Anda harus paham bagaimana virus ini menular. Virus SARS-CoV-2 menular melalui kontak dengan orang yang positif melalui butiran pernafasan/rongga mulut (droplet), fomite, dan materi fekal. Perlu diingat bahwa virus ini tidak hidup di udara bebas sehingga proses penularan harus masuk melalui mulut, hidung, mata baik melalui droplet atau melalui sentuhan. Meskipun demikian, dalam kondisi ruangan tertentu, seperti ruangan tertutup dengan sirkulasi udara yang buruk, droplet ini bisa terakumulasi dan berpotensi menjadi sumber penularan.  

Jadi, meskipun hasil swab Anda belum keluar, Anda harus diperlakukan sebagai orang yang positif COVID-19. Ada banyak hal yang harus diperhatikan untuk mengurangi risiko penularan di dalam rumah, terutama jika Anda mengalami gejala COVID-19 dan tinggal bersama sanak keluarga yang merawat Anda (lihat panduan isolasi mandiri dari KawalCOVID19.id dan infografika terkait).

Berikut ini media penularan yang harus Anda waspadai dan beberapa praktik kebersihan yang harus dijalankan di rumah ODP/PDP/Positif COVID-19 untuk mencegah penularan:

  1. Droplet: Orang yang positif COVID-19 akan memiliki kandungan virus (viral load) yang tinggi di saluran pernapasan atasnya di awal-awal masa inkubasi. Virus tidak dapat hidup diluar tubuh tanpa medium seperti droplet/lendir pernapasan/percakapan. Setiap orang tersebut batuk, bersin, atau berbicara, butiran (droplet) yang mengandung virus akan berpotensi menulari orang yang terkena pada jarak dekat. Namun, droplet dapat berubah menjadi aerosol (berdiameter <5 mikron), karena prosedur medis atau batuk/bersin yang sangat kuat oleh orang tak bermasker, yang bisa bertahan cukup lama di udara dan memiliki sifat penularan melalui udara (airborne). Karena itu pasien dianjurkan untuk:
    1. Tinggal di kamar tidur sendiri dengan kamar mandi  terpisah dengan penghuni lainnya, bila memungkinkan. 
    2. Alat makan dan minum dipisahkan dengan penghuni lainnya.
    3. Tetap menggunakan masker setiap saat, meskipun sendirian di kamar. Masker bisa menggunakan masker kain (dicuci setiap hari) atau masker medis diganti maksimal sehari sekali.
    4. Sebisa mungkin tidak bercengkrama, makan, atau berada di ruangan bersama anggota keluarga lainnya 
  1. Materi Fekal/Urin: Selain saluran pernapasan atas, kandungan virus orang yang positif COVID-19 juga sangat tinggi di saluran buang air besar dan kecil. Kandungan virus melalui materi fekal ini dapat bertahan di permukaan wastafel, toilet, dan pegangan pintu kamar mandi. Karena itu pasien dianjurkan untuk:
    1. Menyediakan botol semprot cairan desinfektan khusus untuk kamar mandi dan toilet
    2. Tidak menyiram toilet terlalu kencang dapat menyebarkan materi fekal keluar. Untuk toilet duduk, turunkan penutup toilet saat menyiram
    3. Seusai pasien ODP/PDP/Positif COVID-19 menggunakan kamar mandi, disinfektan secara teliti permukaan-permukaan yang berpotensi terkena materi fekal. Ini berlaku untuk kamar mandi pribadi atau kamar mandi bersama
  1. Fomites: Permukaan yang terkena droplet atau materi fekal berpotensi menulari orang yang menyentuhnya lalu menyentuh daerah wajah, hidung, mata dan mulut. Untuk itu, semua orang yang merawat harus: 
    1. Menggunakan masker dan APD bila berinteraksi dan membantu pasien
    2. Cuci tangan dengan sabun setelah berinteraksi dengan pasien, membersihkan kamar mandinya, masuk ke kamar tidurnya, mencuci piringnya, menyentuh permukaan yang mungkin terkena droplet atau materi fekal pasien
    3. Menyediakan kantong plastik atau keranjang khusus untuk pakaian-pakaiannya 
    4. Memisahkan peralatan makan dan minumnya. Ingat, jangan makan bersama atau di meja yang sama. Sebaiknya pasien makan di dalam kamarnya sendiri
    5. Cuci pakaian dan peralatan makan-minum pasien terpisah dari orang lain di rumah. Gunakan air panas atau disinfektan bila memungkinkan.
    6. Bila Anda menerima paket atau kiriman, ikuti panduan ini untuk mencegah kontak dengan pengirim paket
    7. Disinfektan juga permukaan yang setiap hari disentuh pasien atau orang luar seperti pegangan pintu, lemari, bel, remote, telepon, kotak pos, dan permukaan meja

Cairan desinfektan yang efektif digunakan untuk SARS-CoV-2 dapat ditemukan di pranala ini atau ini.

  1. MELAWAN VIRUS DAN MENGURANGI KEPARAHAN GEJALA-GEJALA

Hingga saat ini, COVID-19 belum memiliki terapi, pengobatan, pencegahan dan vaksin yang lolos uji klinis. Beberapa publikasi baru menunjukkan hasil dalam tabung reaksi (in-vitro) dan yang lain menunjukkan hasil positif, tapi tidak dalam eksperimen dengan kontrol atau placebo yang dilakukan pengacakan (randomized controlled trial). Sementara itu, uji klinis diperlukan bukan hanya karena menggunakan placebo atau pengacakan tetapi juga karena jumlah pasien yang banyak sehingga uji klinis memenuhi kaidah statistik dan ini memerlukan waktu yang tidak singkat. Selain itu, masih banyak yang tidak diketahui tentang virus ini, terutama mengenai penyebaran dan mengapa gejala klinisnya sangat beragam tingkat fatalitasnya dari orang ke orang. 

Selama dalam isolasi rumah, Anda perlu memperkuat daya tahan tubuh yang akan bekerja melawan virus ini dan menyiapkan obat-obat untuk meredakan gejala-gejala COVID-19. Dalam artikel panduan yang kami sadur, tercantum beberapa pengobatan alternatif/tradisional untuk meredakan gejala-gejala COVID-19. Terapi alternatif tersebut tidak kami sertakan karena hasilnya subjektif dan kurang kuat bukti uji klinis dan dasar ilmiahnya. Namun, bila Anda merasa nyaman menggunakan terapi tersebut, selama tidak ada kontra indikasi, kami tidak melarangnya.   

Sebelum mulai isolasi, sediakan beberapa obat-obatan bebas sebagai berikut:

  1. Paracetamol untuk demam dan sakit kepala
  2. Pereda batuk (Guaifenesin, Dextromethorphan)
  3. Pengatur lendir (Mucolytic/Expectorant)
  4. Antihistamine (untuk hidung berlendir dan sinus) untuk mencegah post-nasal drip dan menghambat infeksi saluran pernapasan dalam
  5. Obat kumur antiseptik untuk nyeri tenggorokan
  6. Khusus untuk penderita asma dan alergi, siapkan obat-obatan serta inhaler standar. Konsultasikan dengan dokter Anda apakah Anda perlu mengkonsumsi steroid oral atau inhaler
  7. Begitu juga untuk pengidap komorbiditas lain seperti diabetes, kardiovaskuler, dan darah tinggi, mereka harus tetap dalam pengobatannya kecuali disarankan sebaliknya oleh dokter spesialis yang menanganinya

Sekali lagi, kami menekankan untuk TIDAK mengkonsumsi obat keras bila tidak disertai resep dokter. Selain itu, hal ini bisa menyebabkan kurangnya suplai obat bagi orang yang benar-benar membutuhkan. Bila Anda mengalami gejala infeksi pernapasan dalam, seperti batuk kering dan sesak napas, ada baiknya lakukan perubahan posisi tidur dan fisioterapi yang biasa dilakukan penderita asma dan pneumonia. Teknik pernapasan dalam (deep breathing techniques) yang biasa digunakan penderita penyakit hambatan paru-paru kronis (COPD), meskipun belum didukung uji klinis untuk COVID-19, mungkin bermanfaat untuk mempersiapkan paru-paru dalam melawan infeksi dan penyakit paru pada umumnya, termasuk COVID-19.

  1. MEMANTAU GEJALA DAN KEGIATAN HARIAN LAIN

Anda diharapkan untuk memantau gejala-gejala dan membuat catatan harian. Rekaman gejala harian akan memberikan gambaran bagi tenaga medis untuk menentukan tingkat perawatan yang tepat serta bagi peneliti yang masih berusaha mempelajari virus ini. Catatan harian juga dapat Anda gunakan untuk mengurangi kecemasan serta mengetahui hal-hal yang meringankan atau memperburuk gejala yang dialami. Dengan mencatat gejala harian yang timbul, diharapkan anda dapat mewaspadai gejala-gejala yang penting dan menggunakan catatan tersebut untuk membantu Anda atau dokter yang menangani Anda dalam mengambil keputusan. 

Di rumah, sediakan minimal termometer. Kalau memungkinkan, sediakan alat lain, seperti pengukur tekanan darah dan pengukur kadar O2 dalam darah (pulse oximeter), untuk membantu menilai gejala-gejala yang mengindikasikan hipoksia (kondisi kekurangan oksigen pada tubuh manusia) dengan lebih akurat. Perhatikan juga bila ada perubahan dari hari ke hari dalam urine dan buang air besar. Gunakan obat-obatan yang sudah Anda siapkan untuk mengurangi gejala-gejala yang Anda alami.

  1. Memantau Gejala Harian dan Kesehatan Mental 

Virus SARS-CoV-2 menyerang sel tubuh melalui enzym ACE-2 yang terdapat di membran sel-sel organ tubuh manusia. Selain paru-paru, COVID-19 seringkali bermanifestasi pada organ-organ lain seperti ginjal, hati, dan pada beberapa kasus, jantung dan otak. Ada lebih dari 20 gejala yang dilaporkan penderita COVID-19; ini menegaskan kalau infeksi SARS-COV-2 bukanlah flu biasa. 

Alangkah baiknya jika Anda mencatat gejala-gejala yang Anda alami dalam bentuk tabel harian, kapan munculnya, serta skala keparahan, perubahan hari ke hari (memburuk atau membaik). Contoh catatan harian gejala bisa dilihat di sini atau di sini. Prosedur dari Gugus Tugas COVID-19 mengharuskan pendampingan dan pengecekan pasien yang menjalani isolasi mandiri setiap hari secara langsung atau via telepon. Pendampingan umumnya dikoordinasikan dengan aparat dan puskesmas terdekat. Memiliki catatan harian mengenai gejala Anda akan sangat membantu tugas mereka dalam mengawasi Anda. Beberapa aplikasi dokter daring juga sudah bekerjasama dengan pemerintah untuk melakukan pendampingan isolasi mandiri sehingga bisa dipertimbangkan sebagai alternatif pendampingan dokter. 

Jurnal harian ini juga baik untuk mencatat perasaan dan pikiran anda untuk mencegah kecemasan atau cabin fever. Bila Anda merasa kecemasan atau stres yang sudah sangat mengganggu, sebaiknya hubungi terapis online untuk mengemukakan keluhan Anda

Perbandingan gejala Covid-19 dengan flu biasa, Influenza dan alergi. (Sumber: Business Insider dan referensi di dalamnya)

Gejala yang perlu dicatat

  • Gejala yang mirip dengan gejala-gejala flu/ISPA (infeksi saluran pernapasan atas): 
    • nyeri tenggorokan
    • hidung/sinus tersumbat 
    • demam ringan
    • tidak enak badan/malaise
    • nyeri otot/body ache/myalgia
  • Gejala lain yang merupakan gejala ringan:
    • anosmia (kehilangan indra penciuman) 
    • dysgeusia (kehilangan indera pengecap) 
    • konjungtivitis (mata merah)  

Sisa gejala lainnya (gejala ringan hingga menengah) yang harus diwaspadai:

  • batuk kering atau berdahak (catat warna dahak)
  • tekanan/nyeri di dada
  • ruam/gatal-gatal/rash
  • kelelahan, badan lemas
  • diare
  • rasa mual/muntah 
  • bengkak/nyeri di bagian abdomen
  • kehilangan nafsu makan
  • nyeri di sekitar punggung, daerah ginjal
  • perubahan di urine (produksi berkurang, darah)
  • bengkak atau memar/lebam di jari-jari kaki (COVID toes)

Gejala-gejala di bawah ini harus diwaspadai (segera hubungi hotline COVID-19):

  • demam yang tinggi dan berlangsung lebih dari 3 hari berturut-turut atau muncul kembali setelah reda
  • takipnea (peningkatan frekuensi napas); hitung frekuensi napas anda per menit, bila >30 per menit hubungi dokter
  • sesak napas atau dyspnea 
  • bila kadar oksigen di darah (SpO2) di bawah 93%, Anda memerlukan perawatan medis. Waspadai gejala-gejala hypoxia yang dibahas di post instagram KC-19 berikut. Bila tidak ada pengukur SpO2 gejala-gejala ini bisa dijadikan patokan kekurangan oksigen di darah, seperti pusing, penurunan kesadaran, kebingungan
  • hypothermia (temperatur tubuh di bawah normal atau di bawah 35°C) sebagai salah satu gejala ARDS (sindrom gangguan pernapasan akut)

PENTING: Bila Anda/pasien mengalami gejala-gejala sedang atau berat di atas, Anda atau perawat Anda harus segera menghubungi dokter atau hotline COVID-19 di daerah Anda untuk perawatan di UGD RS atau RS rujukan. Sampaikan dengan jelas data berikut:

  1. Usia dan jenis kelamin
  2. Hari ke berapa isolasi/karantina
  3. Pre-existing conditions bila ada (kolesterol, hipertensi, diabetes, asma, jantung, alergi, penyakit hati, penyakit ginjal, cancer, dsb.).
  4. Perubahan gejala yang membuat Anda minta perawatan medis. Sebutkan dengan jelas dan spesifik, misalnya:
    1. “Pulse oximeter saya/pasien menunjukkan angka xx, sudah di bawah 93% sejak 12 jam yang lalu”
  5. Bawa catatan gejala Anda untuk diperlihatkan pada tim medis yang menangani Anda 
  1. Kebiasaan Sehari-hari dan Nutrisi

Belum ada riset yang menyimpulkan adanya vitamin yang dapat mencegah terinfeksi virus SARS-CoV-2. Namun, pola makan yang sehat dan gizi berimbang sangat berpengaruh pada kemampuan kekebalan tubuh melawan virus. Karena COVID-19 akan menyerang hati dan ginjal, maka diet harus mengurangi beban kerja organ-organ tersebut. Beberapa saran diet terkait karantina dan isolasi COVID-19 menyarankan untuk mengurangi makanan dengan kandungan lemak tersaturasi, gula, dan indeks glycemic tinggi karena hubungan COVID-19 dengan inflamasi. Perbanyak sayuran dan buah-buahan yang mengandung beta-karoten, zinc, magnesium, vitamin, C, D, dan E yang membantu sistem daya tahan tubuh. Suplemen B12, D, dan Magnesium ditemukan bisa membantu mengurangi keparahan COVID-19 di pasien-pasien berusia 50 tahun ke atas. Sumber protein hewani yang rendah lemak atau kaya akan omega-3 juga disarankan. Diet yang melawan stress oksidatif diduga bisa menolong saat Anda melawan infeksi SARS-CoV-2. 

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sehari-hari:

  1. Cek suhu tubuh, serta bila memungkinkan, tingkat oksigen dalam darah, tekanan darah, dan keadaan Anda. Catat dalam buku harian gejala
  2. Buka jendela rumah setiap hari agar sirkulasi udara baik dan sinar matahari masuk. Sinar matahari sangat diperlukan untuk proses vitamin D di dalam tubuh
  3. Berolahragalah bila memungkinkan terutama pada pagi hari. Olahraga membantu membangun daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan mental. Boleh lakukan olahraga dengan intensitas rendah dan pernapasan dalam seperti yoga
  4. Minum air yang cukup dan penuhi kebutuhan elektrolit, Vitamin B1, C, D, E, Zinc, Magnesium melalui makanan atau suplemen. Jangan sampai dehidrasi. Air merupakan mukolitik natural dan membantu menjaga agar ginjal tidak bekerja terlampau keras.
  1. LANGKAH SELANJUTNYA BAGI PENYINTAS COVID-19

Kesaksian penyintas COVID-19 beragam dan tidak konklusif. Kebanyakan merasa pulih setelah demam turun, batuk kering berubah menjadi batuk berdahak, dan/atau saat indera penciuman/pengecapan kembali normal. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti kapan virus ini meninggalkan tubuh. WHO menyatakan durasi mediannya adalah 14 hari. Selama durasi ini, Anda diharapkan masih menerapkan karantina mandiri, sekiranya gejala-gejala COVID-19 muncul lagi. 

Perlakukan diri anda sebagai ODP/PDP/Positif karena setelah sembuh pun, pasien masih membuang/meluruhkan sisa-sisa virus yang ada dalam tubuhnya (viral shedding). Beberapa pasien yang sudah sembuh bahkan dilaporkan masih  meluruhkan virus setelah 22 hari; beberapa lab di Korea dan India mendapatkan hasil tes positif COVID-19 pada hari ke-35. Kesimpulan terakhir dari Korea menyimpulkan kalau hasil positif ini adalah potongan virus-virus yang sudah mati yang dibuang oleh tubuh, tidak menular, dan tidak mengakibatkan gejala.  Studi di Singapura menyimpulkan bahwa 11 hari setelah timbul gejala, virus yang terdeteksi sudah tidak dapat lagi dikultur di lab. Protokol WHO yang terbaru membolehkan pasien pulang dari rumah sakit setelah 10 hari sejak terkonfirmasi bagi pasien asimptomatik, dan ditambah 3 hari berturut-turut tanpa gejala demam dan pernafasan bagi pasien yang bergejala.

Terapi transfusi plasma dari orang yang sudah sembuh dari COVID-19 (convalescent plasma) merupakan salah satu terapi yang menunjukkan hasil positif dalam uji klinis awal. Uji klinis Mayo Clinic menyimpulkan terapi plasma konvalesen ini hanya efektif bila menggunakan plasma yang tinggi jumlah Igg-nya dan diberikan paling lambat 3 hari setelah diagnosis/konfirmasi. Di saat terapi dan vaksin COVID-19 belum ditemukan, Anda yang sudah sembuh mungkin memegang peran penting dengan menyumbangkan plasma darah Anda. Karena itu meskipun telah pulih dari COVID-19, tetaplah menjaga jarak dan melakukan praktik pencegahan COVID yang dianjurkan (3M: Mencuci tangan, Mengenakan masker, Menjaga jarak). Pusat donor plasma menyarankan 28 hari untuk donor yang pulih dan dites negatif untuk virus SARS-CoV-2 serta positif memiliki antibodi sebelum menyumbangkan plasma darahnya. 

Catatan editor:

  • Panduan ini diadaptasi dari COVID-19 Practical Home Care. Hannah Wei dan sekelompok relawan penyintas COVID-19 menyusun panduan perawatan di rumah untuk mereka yang mengalami gejala ringan, dan panduan ini telah banyak diterapkan. Para relawan ini bukan tenaga medis profesional, namun panduan mereka disusun berdasarkan referensi dan konsultasi dengan para dokter dan staf Instalasi Gawat Darurat (IGD). 
  • Panduan ini kami sadur sebagian dari panduan yang mereka susun dengan beberapa perubahan dan masukan dari tim medis kami untuk disesuaikan dengan konten di KawalCOVID19.id dan keadaan di Indonesia. 
  • Dengan perubahan pengetahuan mengenai COVID-19 yang sangat pesat, panduan ini dapat sewaktu-waktu diperbaharui berdasarkan penemuan termutakhir. 

Alih bahasa: Fauzan Alfi Agirachman, Novita Laksmi Devi, Debbie Wibowo, Lavinia Disa W. A.

Penyunting konten: Satrio Wicaksono dan dr. Bayu Satria Wiratama